DOLPINO

Minggu, 29 Juli 2012

MANFAAT BERPUSA BAGI KESEHATAN

Manfaat Puasa untuk Kesehatan Share Artikel ini melalui: Twitter Facebook MySpace Digg Digg friendster wordpress technorati Diterbitkan pada tanggal 23 - 08 - 2010 | 21 komentar Kesehatan merupakan nikmat yang tidak dapat dinilai dengan harta benda. Untuk menjaga kesehatan, tubuh perlu diberikan kesempatan untuk istirahat. Puasa, yang mensyaratkan untuk tidak makan, minum, dan melakukan perbuatan-perbuatan lain yang membatalkan puasa dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari sangat bermanfaat untuk menjaga kesehatan jasmani dan rohani. Puasa dapat mencegah penyakit yang timbul karena pola makan yang berlebihan. Makanan yang berlebihan gizi belum tentu baik untuk kesehatan seseorang. Kelebihan gizi atau overnutrisi mengakibatkan kegemukan yang dapat menimbulkan penyakit degeneratif seperti kolesterol dan trigliserida tinggi, jantung koroner, kencing manis (diabetes mellitus), dan lain-lain. Pengaruh mekanisme puasa terhadap kesehatan jasmani meliputi berbagai aspek kesehatan, diantaranya yaitu : Memberikan kesempatan bagi alat pencernaan untuk beristirahat. Membebaskan tubuh dari racun, kotoran, dan ampas yang merusak kesehatan. Memblokir makanan untuk bakteri, virus, dan sel kanker sehingga kuman-kuman tersebut tidak bisa bertahan hidup. Menambah jumlah sel darah putih dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pada minggu pertama puasa belum ditemukan pertumbuhan sel darah putih. Namun, mulai hari ketujuh (minggu kedua), penambahan sel darah putih pesat sekali. Darah putih merupakan unsur utama dalam sistem pertahanan tubuh. Menyeimbangkan kadar asam dan basa dalam tubuh. Memperbaiki fungsi hormon yang diperlukan dalam berbagai proses fisiologis dan biokimia tubuh. Hormon dikeluarkan oleh kelenjar endokrin dan hipofisis sebagai reaksi tubuh terhadap berbagai tekanan dan stres lingkungan. Kekurangan atau kelebihan produksi hormon tertentu akan berdampak buruk pada kesehatan tubuh. Misal ketika mengalami stres, hormon insulin dan adrenalin yang mengatur waktu lapar terganggu sehingga nafsu makan hilang atau bahkan datang lebih cepat. Kekurangan produksi hormon insulin berakibat munculnya penyakit diabetes, sedangkan bila berlebihan tubuh akan menderita hiperglikemia. Pada saat puasa orang akan bersabar dan berusaha menahan amarah dan senantiasa pasrah pada Tuhan. Hal itu akan membuat fungsi hormon berjalan normal sehingga irama hidup lebih harmonis. Meremajakan sel-sel tubuh. Ketika kita berpuasa, organ tubuh berada pada posisi rileks, sehingga mempunyai kesempatan untuk memperbarui sel-selnya. Meningkatkan fungsi organ tubuh. Puasa akan memberikan rangsangan terhadap seluruh sel, jaringan, dan organ tubuh. Efek rangsangan ini akan menghasilkan, memulihkan, dan meningkatkan fungsi organ sesuai fungsi fisiologisnya, misalnya panca indra menjadi lebih tajam. Puasa meningkatkan fungsi organ reproduksi. Hal ini terkait dengan peremajaan sel-sel yang berpengaruh pada sel-sel urogenitalis dan alat-alat reproduksi lainnya. Hormon yang berkaitan dengan masalah perilaku seksual tidak hanya dihasilkan oleh organ indung telur (estrogen) dan testis (testosteron), tetapi juga oleh kelenjar hipofisis. Disunahkan agar berbuka puasa diawali dengan makan buah kurma, atau dengan buah-buahan dan minuman yang manis seperti madu. Ajaran ini mengandung makna kesehatan karena buah-buahan dan minuman yang manis merupakan bahan bakar siap pakai yang dapat segera diserap oleh tubuh untuk memulihkan tenaga setelah seharian tubuh tidak disuplai oleh makanan dan minuman. Glukosa yang terkandung di dalam buah-buahan dan minuman yang manis merupakan sumber energi utama bagi sel-sel tubuh. Glukosa efektif dibutuhkan ketika tubuh memerlukan masukan energi yang diperlukannya. Anjuran sahur bukan semata-mata untuk mendapatkan tenaga yang prima selama menunaikan ibadah puasa, melainkan juga mengandung makna bahwa puasa perlu persiapan agar selama berpuasa produktivitas kerja dan aktivitas sehari-hari tidak terganggu. Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pentingnya keseimbangan gizi sering kurang disadari karena hasilnya tidak terlihat langsung. Seseorang yang kekurangan zat gizi tertentu sama bahayanya dengan mereka yang kelebihan gizi tertentu. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh. Makan yang seimbang adalah makan yang tidak kekurangan tetapi juga tidak berlebihan, yang disesuaikan dengan usia, kualitas dan kuantitas gerak serta kondisi tubuh. Pada beberapa orang, pada saat puasa mempunyai keluhan seperti merasa lemas dan lesu atau stamina menurun, juga gangguan pencernaan seperti perut kembung dan gangguan lambung. Beberapa bahan pangan tertentu seperti madu, jahe, kencur, temu lawak, dan bahan-bahan lainnya dapat digunakan untuk mengatasi stamina menurun, kembung, dan gangguan lambung pada saat puasa. Berikut beberapa bahan alami yang dapat digunakan agar puasa tetap fit dan segar. 1.MADU Khasiat : meningkatkan stamina serta mempertahankan stabilitias tubuh agar tetap sehat dan bugar, melancarkan proses metabolisme, untuk kecantikan dan awet muda, mencegah gangguan pencernaan, dan lain-lain 2.KURMA Khasiat : meningkatkan stamina dan energi, mencegah & mengatasi anemia (kurang darah), melancarkan pembuangan, sebagai penenang (merileksasi sel otot tubuh yang tegang), mencegah pendarahan rahim. 3.JAHE (Zingiber officinale Rosc.) Khasiat : meningkatkan stamina, mengatasi perut kembung, masuk angin, mual, muntah, sakit kepala, pusing, demam, dan lain-lain 4.TEMU LAWAK (Curcuma xanthorrhiza) Khasiat : kolesterol tinggi, meningkatkan stamina tubuh/tonikum, kurang darah, radang lambung/maag, perut kembung, dan lain-lain. 5.KENCUR (Kaempferia galanga) Khasiat : meningkatkan stamina tubuh, menghilangkan bau mulut, radang lambung, kembung, mual, muntah, masuk angin, dan lain-lain. 6.Ubi Jalar Merah (Ipomoea batatas) Khasiat : perut kembung, peluruh kentut, masuk angin, gangguan lambung 7.KUNYIT (Curcuma domestica Val.) Khasiat /efek ; radang lambung, memperlancar pengeluaran empedu sehingga mengurangi perut kembung, mual, dan rasa begah di perut. 8.KAPULAGA (Amomum cardamomum) Khasiat : untuk radang lambung, mual, muntah-muntah, perut sebah dan kembung. 9.Kayu Manis (Cinnamomum burmanii) Khasiat : untuk radang lambung, mual, muntah-muntah, perut sebah dan kembung. disalin dari tulisan Mohamad Harli Read more: http://doktersehat.com/manfaat-puasa-untuk-kesehatan/#ixzz224Q485nY

Sabtu, 30 Juni 2012

SAMUDRA

Samudra

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
5 samudra: Pasifik, Atlantik, Hindia, Arktik, dan Antartika
Lima samudra dunia
Samudra (juga dieja samudera) atau lautan (dari bahasa Sanskerta) adalah laut yang luas dan merupakan massa air asin yang sambung-menyambung meliputi permukaan bumi yang dibatasi oleh benua ataupun kepulauan yang besar.
Ada lima samudra di bumi yaitu:
Samudra meliputi 71% permukaan bumi, dengan area sekitar 361 juta kilometer persegi, isi samudra sekitar 1.370 juta km³, dengan kedalaman rata-rata 3.790 meter. (Perhitungan tersebut tidak termasuk laut yang tak berhubungan dengan samudra, seperti Laut Kaspia).
Bagian yang lebih kecil dari samudra adalah laut, selat, teluk.

[sunting] Pembagian batas samudra

[sunting] Samudra Selatan

Pada beberapa negara dan kebudayaan di dunia Samudra Selatan tidak di kenal sebagai suatu samudra tersendiri, melainkan terbagi atas Samudra Atlantik, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik dengan batas selatannya pantai benua Antartika.
Sementara pembagian batas samudra oleh Organisasi Hidrografik Internasional, Samudra Selatan adalah mulai dari pantai benua Antartika sampai batas 60 derajat Lintang Selatan.

[sunting] Lihat pula

Senin, 11 Juni 2012

SUKU

The Girl Left the World Speechless
An Image That Would Make You Speechless!
The World’s Most Scary And Strange Phenomena!
daftar Suku-suku di Indonesia


Suku Aceh di NAD : Banda Aceh, Aceh Besar
Suku Alas di NAD : Aceh Tenggara
Suku Alordi NTT : Kabupaten Alor
Suku Ambon di Maluku : Kota Ambon
Suku Ampana, Sulawesi Tengah
Suku Anak Dalam (Anak Rimbo) di Jambi
Suku Aneuk Jamee di NAD : Aceh Selatan, Aceh Barat Daya
Suku Arab-Indonesia
Suku Aru di Maluku : Kepulauan Aru
Suku Asmat di Papua

Suku Bali di Bali terdiri :
Suku Bali Majapahit di sebagian besar Pulau Bali
Suku Bali Aga di Karangasem dan Kintamani
Suku Balantak di di Sulawesi Tengah
Suku Banggai di Sulawesi Tengah : Kabupaten Banggai Kepulauan
Suku Baduy di Banten
Suku Bajau di Kalimantan Timur
Suku Bangka di Bangka Belitung
Suku Banjar di Kalimantan Selatan
Suku Batak di Sumatera Utara terdiri :
Suku Karo Kabupaten Karo
Suku Mandailing di Mandailing Natal
Suku Angkola di Tapanuli Selatan
Suku Toba di Toba Samosir
Suku Pakpak di Pakpak Bharat
Suku Simalungun di Kabupaten Simalungun
Suku Batin di Jambi
Suku Bawean di Jawa Timur : Gresik
Suku Belitung di Bangka Belitung
Suku Bentong, Sulawesi Selatan
Suku Berau di Kalimantan Timur : Kabupaten Berau
Suku Betawi di Jakarta
Suku Bima NTB : Kota Bima
Suku Boti, Timor Tengah Selatan
Suku Bolang Mongondow di Sulawesi Utara : Kabupaten Bolaang Mongondow
Suku Bugis di Sulawesi Selatan
Orang Bugis Pagatan, di Kusan Hilir, Tanah Bumbu, Kalsel
Suku Bungku di Sulawesi Tengah : Kabupaten Morowali
Suku Buru di Maluku : Kabupaten Buru
Suku Buol di Sulawesi Tengah : Kabupaten Buol
Suku Buton di Sulawesi Tenggara : Kabupaten Buton dan Kota Bau-Bau
Suku Bonai di Riau : Kabupaten Rokan Hilir


Suku Damal di Mimika
Suku Dampeles, Sulawesi Tengah
Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
Suku Dayak terdiri :
Suku Punan, Kalimantan Tengah
Suku Kanayatn di Kalimantan Barat
Suku Ibandi Kalimantan Barat
Suku Mualang di Kalimantan Barat : Sekadau, Sintang
Suku Bidayuh di Kalimantan Barat : Sanggau
Suku Mali di Kalimantan Barat
Suku Seberuang di Kalimantan Barat : Sintang
Suku Sekujam di Kalimantan Barat : Sintang
Suku Sekubang di Kalimantan Barat : Sintang
Suku Ketungau di Kalimantan Barat
Suku Desa di Kalimantan Barat
Suku Kantuk di Kalimantan Barat
Suku Ot Danum atau Dohoi di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat
Suku Limbai di Kalimantan Barat
Suku Kebahan di Kalimantan Barat
Suku Pawan di Kalimantan Barat
Suku Tebidah di Kalimantan Barat
Suku Bakumpai di Kalimantan Selatan Barito Kuala
Orang Barangas di Kalimantan Selatan Barito Kuala
Suku Bukit di Kalimantan Selatan
Orang Dayak Pitap di Awayan, Balangan, Kalsel
Suku Dayak Hulu Banyu di Kalimantan Selatan
Suku Dayak Balangan di Kalimantan Selatan
Suku Dusun Deyah di Kalimantan Selatan : Tabalong
Suku Ngaju di Kalimantan Tengah : Kabupaten Kapuas
Suku Siang Murung di Kalimantan Tengah : Murung Raya
Suku Bara Dia di Kalimantan Tengah : Barito Selatan
Suku Ot Danum di Kalimantan Tengah
Suku Lawangan di Kalimantan Tengah
Suku Dayak Bawo di Kalimantan Tengah : Barito Selatan
Suku Tunjung, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Benuaq, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Bentian, Kutai Barat, rumpun Ot Danum
Suku Bukat, Kutai Barat
Suku Busang, Kutai Barat
Suku Ohong, Kutai Barat
Suku Kayan, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
Suku Bahau, Kutai Barat, rumpun Apo Kayan
Suku Penihing, Kutai Barat, rumpun Punan
Suku Punan, Kutai Barat, rumpun Punan
Suku Modang, Kutai Timur, rumpun Punan
Suku Basap, Bontang-Kutai Timur
Suku Ahe, Kabupaten Berau
Suku Tagol, Malinau, rumpun Murut
Suku Brusu, Malinau, rumpun Murut
Suku Kenyah, Malinau, rumpun Apo Kayan
Suku Lundayeh, Malinau
Suku Pasir di Kalimantan Timur : Kabupaten Pasir
Suku Dusun di Kalimantan Tengah
Suku Maanyan di Kalimantan Tengah : Barito Timur
Orang Maanyan Paju Sapuluh
Orang Maanyan Paju Epat
Orang Maanyan Dayu
Orang Maanyan Paku
Orang Maanyan Benua Lima Maanyan Paju Lima
Orang Dayak Warukin di Tanta, Tabalong, Kalsel
Suku Samihim, Pamukan Utara, Kotabaru, Kalsel
Suku Dompu NTB : Kabupaten Dompu
Suku Donggo, Bima
Suku Duri di Sulawesi Selatan

E
Suku Eropa-Indonesia (orang Indo atau peranakan Eropa-Indonesia)

F
Suku Flores di NTT : Flores Timur

G
Suku Gayo di NAD : Gayo Lues Aceh Tengah Bener Meriah
Suku Gorontalo di Gorontalo : Kota Gorontalo
Suku Gumai di Sumatera Selatan : Lahat
Suku Komering di Sumatera Selatan : Baturaja
Suku Semendo di Sumatera Selatan : Muara Enim
Suku Lintang di Sumatera Selatan : Lahat

I
Suku India-Indonesia

J
Suku Banten di Banten
Suku Cirebon di Jawa Barat : Kota Cirebon
Suku Jawa di Jawa Tengah, Jawa Timur
Suku Tengger di Jawa Timur
Suku Osing di Jawa Timur : Banyuwangi
Orang Samin di Jawa Tengah : Purwodadi
Suku Melayu Jambi di Jambi : Kota Jambi

K
Suku Kaili di Sulawesi Tengah : Kota Palu
Suku Kaur di Bengkulu : Kabupaten Kaur
Suku Kayu Agung di Sumatera Selatan
Suku Kerinci di Jambi : Kabupaten Kerinci
Suku Komering di Sumatera Selatan : Kabupaten Ogan Komering Ilir
Suku Konjo Pegunungan, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan
Suku Konjo Pesisir, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan
Suku Kubu di Jambi dan Sumatera Selatan
Suku Kulawi di Sulawesi Tengah
Suku Kutai di Kalimantan Timur : Kutai Kartanegara
Suku Kluet di NAD : Aceh Selatan
Suku Krui di Lampung

L
Suku Laut, Kepulauan Riau
Suku Lampung di Lampung
Suku Lematang di Sumatera Selatan
Suku Lembak, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu
Suku Lintang, Sumatera Selatan
Suku Lom, Bangka Belitung
Suku Lore, Sulawesi Tengah
Suku Lubu, daerah perbatasan antara Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat
Suku Karo Sumatera Utara

M
Suku Madura di Jawa Timur
Suku Makassar di Sulawesi Selatan : Kota Makassar
Suku Mamasa (Toraja Barat) di Sulawesi Barat : Kabupaten Mamasa
Suku Mandar Sulawesi Barat : Polewali Mandar
Suku Melayu
Suku Melayu Riau di Riau
Suku Melayu Tamiang di NAD : Aceh Tamiang
Suku Mentawai di Sumatera Barat : Kabupaten Kepulauan Mentawai
Suku Minahasa di Sulawesi Utara : Kabupaten Minahasa terdiri 9 subetnik :
Suku Babontehu
Suku Bantik
Suku Pasan Ratahan
Suku Ponosakan
Suku Tonsea
Suku Tontemboan
Suku Toulour
Suku Tonsawang
Suku Tombulu
Suku Minangkabau, Sumatera Barat
Suku Mori, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah
Suku Muko-Muko di Bengkulu : Kabupaten Mukomuko
Suku Muna di Sulawesi Tenggara : Kabupaten Muna

N
Suku Nias di Sumatera Utara : Kabupaten Nias, Nias Selatan

O
Suku Osing di Banyuwangi Jawa Timur
Suku Ogan di Sumatera Selatan

P
Suku Papua/Irian
Suku Asmat di Kabupaten Asmat
Suku Biak di Kabupaten Biak Numfor
Suku Dani, Lembah Baliem, Papua
Suku Ekagi, daerah Paniai, Abepura, Papua
Suku Amungme di Mimika
Suku Bauzi, Mamberamo hilir, Papua utara
Suku Arfak di Manokwari
Suku Kamoro di Mimika
Suku Palembang di Sumatera Selatan : Kota Palembang
Suku Pamona di Sulawesi Tengah : Kabupaten Poso
Suku Pasemah di Sumatera Selatan
Suku Pesisi di Sumatera Utara : Tapanuli Tengah
Suku Pasir di Kalimantan Timur : Kabupaten Pasir

R
Suku Rawa, Rokan Hilir, Riau
Suku Rejang di Bengkulu : Kabupaten Kepahiang, Kabupaten Lebong, dan Kabupaten Rejang Lebong
Suku Rote di NTT : Kabupaten Rote Ndao

S
Suku Saluan di Sulawesi Tengah
Suku Sambas (Melayu Sambas) di Kalimantan Barat : Kabupaten Sambas
Suku Sangir di Sulawesi Utara : Kepulauan Sangihe
Suku Sasak di NTB, Lombok
Suku Sekak Bangka
Suku Sekayu di Sumatera Selatan
Suku Semendo di Bengkulu
Suku Serawai di Bengkulu: Kabupaten Bengkulu Selatan dan Kabupaten Seluma
Suku Simeulue di NAD : Kabupaten Simeulue
Suku Sigulai di NAD : Kabupaten Simeulue bagian utara
Suku Sumbawa Di NTB : Kabupaten Sumbawa
Suku Sumba di NTT : Sumba Barat, Sumba Timur
Suku Sunda di Jawa Barat

T
Suku Talaud di Sulawesi Utara : Kepulauan Talaud
Suku Talang Mamak di Riau : Indragiri Hulu
Suku Tamiang di Aceh : Kabupaten Aceh Tamiang
Suku Tengger di Jawa Timur Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo lereng G. Bromo
Suku Ternate di Maluku Utara : Kota Ternate
Suku Tidore di Maluku Utara : Kota Tidore
Suku Timor di NTT, Kota Kupang
Suku Tionghoa-Indonesia
Orang Cina Parit di Pelaihari, Tanah Laut, Kalsel
Suku Tojo di Sulawesi Tengah : Kabupaten Tojo Una-Una
Suku Toraja di Sulawesi Selatan : Tana Toraja
Suku Tolaki di Sulawesi Tenggara : Kendari
Suku Toli Toli di Sulawesi Tengah : Kabupaten Toli-Toli
Suku Tomini di Sulawesi Tengah : Kabupaten Parigi Moutong

U
Suku Una-una di Sulawesi Tengah : Kabupaten Tojo Una-Una

W
Suku Wolio di Sulawesi Tenggara: Buton

sumber: http://dunia-panas.blogspot.com/2010/03/inilah-macam-macam-suku-di-indonesia.html

Jumat, 01 Juni 2012

WAYANG

Wayang is a generic term denoting traditional theatre in Indonesia. There is no evidence that wayang existed before Hinduism came to Southeast Asia sometime in the first century CE, brought in by Indian traders. However, there very well may have been indigenous storytelling traditions that had a profound impact on the development of the traditional puppet theatre. The first record of a wayang performance is from an inscription dated 930 CE which says "si Galigi mawayang," or "Sir Galigi played wayang". From that time till today it seems certain features of traditional puppet theatre have remained. Galigi was an itinerant performer who was requested to perform for a special royal occasion. At that event he performed a story about the hero Bhima from the Mahabharata. Wayang Kulit is a unique form of theatre employing light and shadow. The puppets are crafted from buffalo hide and mounted on bamboo sticks. When held up behind a piece of white cloth, with an electric bulb or an oil lamp as the light source, shadows are cast on the screen. Wayang Kulit plays are invariably based on romantic tales, especially adaptations of the classic Indian epics, "The Mahabarata" and "The Ramayana". Some of the plays are also based on local happenings (current issues) or other local secular stories. It is up to the conductor or Dalang to decide his direction. A Dalang performing Wayang Kulit in Java, circa 1890. The Dalang is the genius behind the entire performance. It is he who sits behind the screen and narrates the story. With a traditional orchestra in the background to provide a resonant melody and its conventional rhythm, the Dalang modulates his voice to create suspense thus heightening the drama. Invariably, the play climaxes with the triumph of good over evil. Hinduism arrived in Indonesia from India even before the Christian era, and was slowly adopted as the local belief system. Sanskrit became the literary and court language of Java and later of Bali. The Hindus changed the Wayang (as did the Muslims, later) to spread their religion, mostly by stories from the Mahabharata or the Ramayana. Later, this mixture of religion and wayang play was praised as harmony between Hinduism and traditional Indonesian culture. On Java, the western part of Sumatra and some smaller islands traditionalists continued to play the old stories for some time, but the influence of Hinduism prevailed and the traditional stories either fell into oblivion or were integrated into the Hinduistic plays. The figures of the wayang are also present in the paintings of that time, for example, the roof murals of the courtroom in Klungkung, Bali. They are still present in traditional Balinese painting today. When Islam began spreading in Indonesia, the display of God or gods in human form was prohibited, and thus this style of painting and shadow play was suppressed. King Raden Patah of Demak, Java, wanted to see the wayang in its traditional form, but failed to obtain permission from the Muslim religious leaders. As an alternative, the religious leaders converted the wayang golek into wayang purwa made from leather, and displayed only the shadow instead of the figures itself.[citation needed] Instead of the forbidden figures only their shadow picture was displayed, the birth of the wayang kulit.[citation needed] The figures are painted, flat woodcarvings (a maximum of 5 to 15 mm thick—barely half an inch) with movable arms. The head is solidly attached to the body. Wayang klitik can be used to perform puppet plays either during the day or at night. This type of wayang is relatively rare. Wayang today is both the most ancient and most popular form of puppet theatre in the world. Hundreds of people will stay up all night long to watch the superstar performers, dalang, who command extravagant fees and are international celebrities. Some of the most famous dalang in recent history are Ki Nartosabdho, Ki Anom Suroto, Ki Asep Sunandar Sunarya, Ki Sugino, and Ki Manteb Sudarsono. [edit] Wayang kulit Wayang Kulit (shadow puppet) in Wayang Purwa type, depicting five Pandava, from left to right: Bhima, Arjuna, Yudhishtira, Nakula, and Sahadeva, Indonesia Museum, Jakarta. Wayang kulit, shadow puppets prevalent in Java and Bali in Indonesia, are without a doubt the best known of the Indonesian wayang. Kulit means skin, and refers to the leather construction of the puppets that are carefully chiselled with very fine tools and supported with carefully shaped buffalo horn handles and control rods. The stories are usually drawn from the Ramayana, the Mahabharata or the Serat Menak. There is a family of characters in Javanese wayang called Punakawan; they are sometimes referred to as "clown-servants" because they normally are associated with the story's hero, and provide humorous and philosophical interludes. Semar is the father of Gareng (oldest son), Petruk, and Bagong (youngest son). These characters did not originate in the Hindu epics, but were added later, possibly to introduce mystical aspects of Islam into the Hindu-Javanese stories.[3] They provide something akin to a political cabaret, dealing with gossip and contemporary affairs. Wayang kulit as seen from the shadow side The puppet figures themselves vary from place to place. In Central Java the city of Surakarta (Solo) and city of Yogyakarta are most famous and the most commonly imitated style of puppets. Regional styles of shadow puppets can also be found in West Java, Banyumas, Cirebon, Semarang, and East Java. Bali produces more compact and naturalistic figures, and Lombok has figures representing real people. Often modern-world objects as bicycles, automobiles, airplanes and ships will be added for comic effect, but for the most part the traditional puppet designs have changed little in the last 300 years. Historically, the performance consisted of shadows cast on a cotton screen and an oil lamp. Today, the source of light used in wayang performance in Java is most often a halogen electric light. Some modern forms of wayang such as Wayang Sandosa created in the Art Academy at Surakarta (STSI) has employed spotlights, colored lights and other innovations. The handwork involved in making a wayang kulit figure that is suitable for a performance takes several weeks, with the artists working together in groups. They start from master models (typically on paper) which are traced out onto kulit (skin or parchment), providing the figures with an outline and with indications of any holes that will need to be cut (such as for the mouth or eyes). The figures are then smoothed, usually with a glass bottle, and primed. The structure is inspected and eventually the details are worked through. A further smoothing follows before individual painting, which is undertaken by yet another craftsman. Finally, the movable parts (upper arms, lower arms with hands and the associated sticks for manipulation) mounted on the body, which has a central staff by which it is held. A crew makes up to ten figures at a time, typically completing that number over the course of a week. The painting of less expensive puppets is handled expediently with a spray technique, using templates, and with a different person handling each color. Less expensive puppets, often sold to children during performances, are sometimes made on cardboard instead of leather.' [edit] Wayang wong and wayang topeng or wayang gedog Main article: Wayang wong Pandava and Krishna in an act of the wayang wong performance. Wayang wong also known as Wayang orang (literally human wayang) is a type of Javanese dance theatrical performance with themes taken from episode of Ramayana or Mahabharata. While wayang gedog usually the theatrical performance that took the themes from the Panji cycles stories from the kingdom of Janggala, in which the players wear masks known as wayang topeng or wayang gedog. The word "gedog" comes from "kedok", which, like "topeng" means "mask". The main theme is the story of Raden Panji and Candra. This is a love story about princess Candra Kirana of Kediri and Raden Panji Asmarabangun, the crown prince of Jenggala. Candra Kirana was the incarnation of Dewi Ratih (goddess of love) and Panji was an incarnation of Kamajaya (god of love). Kirana's story was given the title "Smaradahana" ("The fire of love"). At the end of the complicated story they finally can marry and bring forth a son, named Raja Putra. Panji Asmarabangun ruled Jenggala under the official names "Sri Kameswara", "Prabu Suryowiseso", and "Hino Kertapati". Originally, wayang wong was performed only as an aristocratic entertainment in four palaces of Yogyakarta and Surakarta. In the course of time, it spread to become a popular and folk form as well. [edit] Wayang golek (rod puppets) A pair of wayang golek from West Java Panakawan, the friendly gestures of cepot, the red face; petruk the long noses and gareng the round nose Wayang golek are wooden doll puppets that are operated from below by rods connected to the hands and a central control rod that runs through the body to the head. The simple construction of the puppets belies their versatility, expressiveness and aptitude for imitating human dance. Today, wayang golek is mainly associated with Sundanese culture of West Java. However the wooden wayang also known in Central Java as Wayang Menak, originated from Kudus Central Java. Little is known for certain about the history of wayang golek, but scholars have speculated that it most likely originated in China and arrived in Java sometime in the 17th century. Some of the oldest traditions of wayang golek are from the north coast of Java in what is called the pasisir region. This is home to some of the oldest Muslim kingdoms in Java and it is likely the wayang golek grew in popularity through telling the wayang menak stories of Amir Hamza, the uncle of Muhammad. These stories are still widely performed in Kabumen, Tegal, and Jepara as wayang golek menak, and in Cirebon, wayang golek cepak. Legendary origins of wayang golek attribute their invention to the Muslim saint Wali Sunan Kudus, who used the medium to proselytize Muslim values. In the 18th century the tradition moved into the mountainous region of Priangan West Java where it eventually was used to tell stories of the Ramayana and the Mahabarata in a tradition now called Wayang Golek Purwa, which can be found in Bandung, Bogor and Jakarta. The adoption of Javanese Mataram kejawen culture by Sundanese aristocrats was probably the remnant of Mataram influence over the Priangan region during the reign of expansive Sultan Agung. While main characters from Ramayana and Mahabharata are similar with wayang kulit purwa version of Central Java, some of punakawan (servant also jester) were rendered in Sundanese names and characteristics, such as Cepot or Astrajingga as Bagong, Dawala or Udel as Petruk. Wayang golek purwa has become the most popular form of wayang golek today and the most famous puppeteer family is the Sunarya family which has produced several generations of stellar performers. [edit] Wayang karucil or wayang klitik Wayang klitik image of Batara Guru Wayang klitik figures occupy a middle ground between the figures of wayang golek and wayang kulit. They are constructed similarly to wayang kulit figures, but from thin pieces of wood instead of leather, and, like wayang kulit figures, are used as shadow puppets. A further similarity is that they are the same smaller size as wayang kulit figures. However, wood is more subject to breakage than leather. During battle scenes, wayang klitik figures often sustain considerable damage, much to the amusement of the public, but in a country in which before 1970 there were no adequate glues available, breakage generally meant an expensive, newly made figure. On this basis the wayang klitik figures, which are to appear in plays where they have to endure battle scenes, have leather arms. The name of these figures is onomotopaeic, from the sound klitik-klitik, that these figures make when worked by the dalang. Wayang klitik figures come originally from eastern Java, where one still finds workshops turning them out. They are less costly to produce than wayang kulit figures. The origin of the stories involved in these puppet plays comes from the kingdoms of eastern Java: Jenggala, Kediri and Majapahit. From Jenggala and Kediri come the stories of Raden Panji and Cindelaras, which tells of the adventures of a pair of village youngsters with their fighting cocks. The Damarwulan presents the stories of a hero (Damarwulan) from Majapahit. Damarwulan is a clever chap, who with courage, aptitude, intelligence and the assistance of his young lover Anjasmara, makes a surprise attack on the neighboring kingdom and brings down Minakjinggo, an Adipati (viceroy) of Blambangan and mighty enemy of Majapahit's beautiful queen Sri Ratu Kencanawungu. As a reward, Damarwulan is married to Kencanawungu and becomes king of Majapahit; he also takes Lady Anjasmara as a second wife. This story is full of love affairs and battles and is very popular with the public. The dalang is liable to incorporate the latest local gossip and quarrels and work them into the play as comedy. [edit] Wayang beber Wayang beber depiction of a battle Wayang glass painting depiction of Bharatayudha battle The wayang beber has strong similarities to narratives in the form of illustrated ballads that were common at annual fairs in medieval and early modern Europe. They have also been subject to the same fate—they have nearly vanished although there are still some groups of artists who support wayang beber in places such as Surakarta (Solo) in Central Java.[4] Chinese visitors to Java during the 15th century described a storyteller or unrolled scrolls and told stories that made the audience laugh or cry. A few scrolls of images remain from those times, found today in museums. There are two sets, hand-painted on hand-made bark cloth, that are still owned by families who have inherited them from many generations ago, in Pacitan and Wonogiri, both villages in Central Java. Performances, mostly in small open-sided pavilions or auditoriums, take place according to the following pattern: The dhalang (puppeteer, narrator) gives a sign, the small gamelan orchestra with drummer and a few knobbed gongs and a musician with a rebab (violin-like instrument held vertically) begins to play and the dhalang unrolls the first scroll of the story. Then, speaking and singing, he narrates the episode in more detail. In this manner, in the course of the evening he unrolls several scrolls one at a time. Each scene in the scrolls represents a story or part of a story. The content of the story typically stems from the Panji romances which are semi-historical legends set in the 12th-13th century East Javanese kingdoms of Jenggala, Daha and Kediri, and also in Bali. [edit] Wayang Sadat

Rabu, 30 Mei 2012

KERAJAAN

NO: KERAJAAN
1. Kerajaan Kutai di Kalimantan timur tahun 400 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Kudungga
Raja yang terkenal : Mulawarman
2. Kerajaan Tarumanegara di Jawa Barat tahun 500 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Purnawarman
3. Kerajaan Kalingga di Jepara (Jawa Tengah) tahun 640 M (Kerajaan Budha)
Raja yang terkenal : Ratu Shima:
4. Kerajaan Mataram Hindu di Jawa Tengah tahun 732 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Sanjaya
Raja yang terkenal : Balitung
5. Kerajaan Sriwijaya di Palembang abad VII (Kerajaan Budha)
Raja yang pertama : Sri Jaya Naga
Raja yang terkenal : Bala Putra Dewa
6. Kerajaan Medang di Jawa Timur abad IX (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Empu Sendok:
7. Kerajaan Kahuripan di Jawa Timur tahun 1073 M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama dan terkenal : Airlangga
8. Kerajaan Kediri di tepi Sungai Berantas Jawa Timur abad XII M (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Jaya Warsa
Raja yang terkenal : Jaya Baya
9. Kerajaan Singasari di Jawa Timur tahun 1222 - 1292
Raja yang pertama : Sri Rajasa (Ken Arok)
Raja yang terkenal : Kertanegara (Joko Dolok)
10. Kerajaan Majapahit di Delta Brantas tahun 1293 - 1520 (Kerajaan Hindu)
Raja yang pertama : Raden Wijaya
Raja yang terkenal : Hayam Wuruk
Raja yang terakhir : Brawijaya (Kertabumi)
Patih yang terkenal : Gajah Mada
11. Kerajaan Pajajaran di Priangan (Jawa Barat) tahun 1333 (Kerajaan Hindu)
Raja yang terkenal : Sri Baduga Maharaja
Raja yang terakhir : Prabu Sedah
12. Kerajaan Demak di Jawa Tengah tahun 1513 - 1546 (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Raden Patah (Sultan Bintoro)
Raja yang terakhir : Sultan Trenggono
13. Kerajaan Pajang di Surakarta tahun 1568 - 1586 (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Joko Tingkir (Sultan Hadiwijoyo)
Raja yang terakhir : Ario Pangiri
14. Kerajaan Mataram Islam di Kota Gede (Yogyakarta) abad XVI Masehi (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Suto Wijoyo (Panemabahan Senopati)
Raja yang terkenal : Sultan Agung
15. Kerajaan Banten di Jawa Barat tahun 1556 - 1580 (Kerajaan Islam)
Raja yang pertama : Hasanuddin
Raja yang terkenal : Sultan Ageng
Raja yang terakhir : Panembahan Yusuf

Selasa, 29 Mei 2012

KESEHATAN

biologi

Pengertian Ilmu Biologi

Ilmu bologi adalah ilmu yang mempelajari segala hal yang berhubungan dengan makhluk hidup dan kehidupan. Yang dibahas dalam ilmu biologi tidak lain adalah yang masih berkaitan dengan makhluk hidup, seperti zat yang membentuk makhluk hidup, zat yang dibutuhkan makhluk hidup, serta berbagai hal mengenai hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya.

Zat Makanan untuk Makhluk Hidup

Makanan yang merupakan menu wajib setiap makhluk hidup tidak terkecuali manusia mengandung zat makanan makro dan mikro di dalamnya.
- Zat makanan makro
+ Karbiohidrat
+ Protein
+ Lemak
- Zat makanan mikro

Cabang Ilmu Biologi

Berikut ini adalah cabang-cabang dari ilmu biologi :
1. Anatomi - adalah ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk susunan tubuh makhluk hidup.
2. Bakteriologi - adalah ilmu biologi yang mempelajari seluk beluk bakteri dan kehidupannya.

Fungsi Makanan Pada Makhluk Hidup

Setiap makhluk hidup akan membutuhkan makanan untuk dapat tetap bertahan hidup. Pada umumnya sebagian besar makhluk hidup akan merasa lapar dan lemas apabila kekurangan makanan.
Sebagian besar makhluk hidup akan mati apabila tidak makan untuk jangka waktu yang lama berturut-turut. Namun ada juga makhluk hidup yang mampu bertahan dalam kondisi yang ekstrim tanpa makanan untuk jangka waktu yang lama dengan melakukan tehnik tertentu. Berikut ini merupakan fungsi umum dari makanan yang kita makan setiap hari.

Pertumbuhan Penduduk dan Dinamika Kependudukan

pertumbuhan penduduk akan selalu dikaitkan dengan tingkat kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk atau migrasi baik perpindahan ke luar maupun ke luar. Pertumbuhan penduduk adalah peningkatan atau penurunan jumlah penduduk suatu daerah dari waktu ke waktu.

Pengertian Sumber Daya Alam dan Pembagian Macam/Jenisnya - Biologi

Sumber daya alam adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang ada di sekitar alam lingkungan hidup kita. Sumber daya alam bisa terdapat di mana saja seperti di dalam tanah, air, permukaan tanah, udara, dan lain sebagainya. Contoh dasar sumber daya alam seperti barang tambang, sinar matahari, tumbuhan, hewan dan banyak lagi lainnya.

Revolusi Hijau dan Revolusi Biru - Ilmu Biologi

1. Revolusi Hijau
Revolusi hijau adalah usaha manusia dalam meningkatkan produksi pangan atau makanan dengan jalan melakukan pengembangan pada teknologi pertanian untuk mencukupi kebutuhan pangan dan kesejahteraan penduduk dunia.

Tehnik dan Teknologi Pengawetan pada Makanan - Pendinginan, Pengasapan, Pengalengan, Pengeringan, Pemanisan dan Pengasinan

Untuk mengawetkan makanan dapat dilakukan beberapa teknik baik yang menggunakan teknologi tinggi maupun teknologi yang sederhana. Caranya pun beragam dengan berbagai tingkat kesulitan, namun inti dari pengawetan makanan adalah suatu upaya untuk menahan laju pertumbuhan mikro organisme pada makanan. Berikut adalah beberapa teknik standar yang telah dikenal secara umum oleh masyarakat luas dunia.

Pengertian dan Definisi Vitamin - Fungsi, Guna, Sumber, Akibat Kekurangan, Macam dan Jenis Vitamin

Vitamin adalah suatu zat senyawa kompleks yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita yang berfungsi untuk mambantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh. Tanpa vitamin manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup dan kekurangan vitamin dapat menyebabkan memperbesar peluang terkena penyakit pada tubuh kita.

Macam dan Jenis Garam Mineral yang Dibutuhkan Tubuh Manusia - Biologi

Pada artikel ini akan dijelaskan kegunaan dari beberapa zat mineral yang pada umumnya kita konsumsi setiap hari. Biasanya zat garam mineral terdapat pada minuman yang kita minum dan juga pada makanan yang kita makan. Beberapa kegunaan dan fungsi dari garam mineral :

Pembuluh Darah Arteri / Nadi, Vena / Balik dan Kapiler - Ilmu Biologi

1. Pembuluh darah arteri atau nadi
Pembuluh darah arteri adalah pembuluh darah yang berasal dari bilik jantung yang berdinding tebal dan kaku.
- Pembuluh arteri yang datang dari bilik sebelah kiri dinamakan aorta yang tugasnya mengangkut oksigen untuk disebar ke seluruh tubuh.

Jenis dan Macam-Macam Imunisasi Kekebalan Tubuh / Anti Bodi - Ilmu Sains Biologi

A. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara aktif membentuk zat anti bodi.
1. Imunisasi aktif alamiah
Adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah sembuh dari suatu penyakit.

Ciri-Ciri Habitat dan Ekosistem di Air Tawar dan Air Laut - Ilmu Sains Biologi

- A. Ciri Habitat Air Tawar
1. Variasi temperatur atau suhu rendah
2. Kadar garam atau salinitas rendah
3. Penetrasi dari cahaya matahari kurang
4. Terpegaruh iklim dan cuaca alam sekitar
5. Aliran air terjadi setiap waktu terus-menerus pada sungai

Cara dan Tips Membuat Sumur Air / Sumur Bor pada Air Tanah yang Baik - Ilmu Kesehatan Masyarakat Biologi

Untuk membuat sumur air yang baik perlu diperhatikan hal-hal berikut ini agar tidak menciptakan masalah pencemaran lingkungan sekitar kita :
A. Pemilihan lokasi sumur yang baik
Tidak berdekatan dengan wc / toilet / kamar mandi agar tidak terjadi kontaminasi saluran pembuangan dengan jaringan sumur air tanah. Jarak yang tepat untuk memisahkan antara lubang sumur air yang akan dibuat dengan toilet yang terdekat adalah minimal 5 meter jika tanah di sekitar lokasi adalah tanah liat dan minimal 7,5 meter jika tanahnya berpasir.

Cara Untuk mengatasi / Mengurangi Ledakan Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk - Ilmu Kependudukan Biologi

Menurut Thomas Robert Malthus pertambahan jumlah penduduk adalah seperti deret ukur (1, 2, 4, 8, 16, ...), sedangkan pertambahan jumlah produksi makanan adalah bagaikan deret hitung (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, ...). Hal ini tentu saja akan sangat mengkhawatirkan di masa depan di mana kita akan kerurangan stok bahan makanan.